28 November 2020

[281120.ID.BIZ] Pertumbuhan Ekonomi Masih Minus, India Bersiap Hadapi Resesi


Bisnis.com, JAKARTA - India memasuki resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat dari kontraksi ekonomi selama tiga bulan hingga September 2020. Kontraksi tersebut merupakan efek dari karantina wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19.

Melansir Bloomberg pada Sabtu (28/11/2020), Kementerian Statistik India menyatakan produk domestik bruto (PDB) turun 7,5 persen kuartal lalu dari tahun lalu. Penurunan tersebut lebih ringan dari perkiraan sebesar 8,2 persen menurut para ekonom dalam survei Bloomberg,

Walaupun masih mengalami penurunan, PDB India mengalami peningkatan yang nyata dari rekor kontraksi 24 persen pada kuartal sebelumnya.

Perdana Menteri Narendra Modi memberlakukan salah satu karantina wilayah paling ketat di dunia pada Maret 2020 dan melemahkan permintaan untuk barang dan jasa.

Terlepas dari langkah-langkah untuk membendung pandemi, negara itu sekarang menjadi rumah bagi infeksi Covid-19 tertinggi kedua setelah AS dengan 9,3 juta kasus. Penurunan PDB triwulanan kedua berturut-turut, mendorong ekonomi terbesar ketiga di Asia itu ke dalam resesi teknis pertamanya dalam catatan sejak tahun 1996.

Jasa keuangan dan real estat - di antara komponen terbesar dari sektor jasa dominan India - menyusut 8,1 persen kuartal terakhir dari tahun lalu, sementara perdagangan, hotel, transportasi dan komunikasi turun 15,6%. Manufaktur naik 0,6 persen, listrik dan gas meningkat 4,4 persen dan pertanian tumbuh 3,4 persen.

“PDB kurang lebih sesuai dengan arah yang diharapkan, meskipun lebih baik dari yang diharapkan. Fakta bahwa kami berada di zona negatif dan akan demikian pada kuartal berikutnya juga merupakan indikasi dari masa-masa sulit di depan," ” kata Madan Sabnavis, kepala ekonom di Care Ratings Ltd.

Obligasi negara turun Jumat menjelang rilis data, dengan imbal hasil obligasi patokan 10-tahun naik 4 basis poin menjadi 5,9 persen, sementara rupee turun 0,2 persen menjadi US$74,04.

Krishnamurthy Subramanian, kepala penasihat ekonomi pemerintah, mengatakan kepada wartawan bahwa pengumuman kali ini cukup menggembirakan mengingat pandemi masih belum usai dan dibandingkan dengan kinerja kuartal sebelumnya jauh lebih baik.

Pemerintah dan bank sentral masing-masing telah bekerja untuk mendukung perekonomian, dengan total stimulus mencapai sekitar 30 triliun rupee (US$405 miliar), atau 15 persen dari PDB. Reserve Bank of India, yang telah memangkas suku bunga sebesar 115 basis poin tahun ini, akan meninjau kebijakan moneter minggu depan, dengan sikap yang diperkirakan akan tetap akomodatif dalam waktu dekat.

Untuk saat ini, stimulus, bersama dengan permintaan musim festival, telah membantu memacu aktivitas ekonomi, membantu secara perlahan menggantikan kekhawatiran tentang kedalaman resesi India dengan optimisme bahwa pemulihan sedang berlangsung.

Sejumlah indikator dari penjualan mobil hingga aktivitas sektor jasa mencatatkan lebih tinggi di bulan Oktober, sementara data alternatif menandakan permintaan yang kuat dalam perekonomian yang terutama didorong oleh konsumsi domestik.

Sumber : Bisnis, 28.11.2020.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar