02 Juni 2011

[020611.ID.SEA] PT Industri Kapal Indonesia Siap Beroperasi 2012

MAKASSAR: Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimistis PT Industri Kapal Indonesia (Persero) (IKI) kembali beroperasi pada 2012 nanti setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan tahun ini PT IKI sedang dalam tahap persiapan, untuk kembali beroperasi secara normal pada tahun depan.

"Sejak beberapa tahun belakangan ini kinerja PT IKI memang sangat jauh dari sempurna.  Kalau pemerintah daerah memiliki kiat yang bisa dipakai untuk memproduktifkan kembali IKI, saya kira itu bagus sekali," ujar Mustafa menanggapi permintaan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo yang ingin mengambil alih PT IKI, di sela-sela peresmian Makassar sebagai hub Garuda Indonesia, Selasa malam.

Menurut Mustafa, pihaknya cukup antusias jika pemerintah daerah mau sama-sama mengelola, dan bekerja sama memulihkan kondisi PT IKI yang sudah lama terpuruk.

Namun, katanya, pemerintah daerah juga harus memberikan konsep yang jelas kepada Kementerian BUMN, untuk dijadikan bahan pertimbangan termasuk juga keinginan mengelola atau mengambil alih Pabrik Gula Bone (Arasoe), dan Camming yang saat ini tidak bisa berproduksi dengan maksimal akibat kurangnya biaya perawatan mesin.

"Tapi yang jelas prinsip Pak Gubernur yang ingin bekerja sama mengelola beberapa BUMN itu, saya kira itu bagus sekali. Kalau ada BUMN yang memang belum optimal, kami bersedia untuk bekerja sama agar bisa optimal," ucap Mustafa.

Namun, lanjut Mustafa, khusus untuk Pabrik Gula Bone dan Camming, dalam waktu dekat pihaknya akan menurunkan tim untuk melihat langsung kondisi kedua pabrik gula tersebut.

"Jika ada peluang, maka kami akan membuka kesempatan untuk kerja sama itu," tandas Mustafa.

Sebelumnya santer diberitakan bahwa Bosowa Grup berminat mengambil alih PT IKI namun dengan sumber daya manusia (SDM) baru yang direkrut sendiri oleh Bosowa.

Namun, founder Bosowa Corporation Aksa Mahmud menyadari hal itu tidak mudah dilakukan, mengingat pada umumnya BUMN sulit untuk melepas karyawannya yang sudah lama mengabdi.

Anggota Komisi VI DPR RI Emil Abeng pernah mengungkapkan bahwa pihaknya berharap PT IKI mendapatkan suntikan modal dari Kementerian BUMN setelah proses restrukturisasi.

Pasalnya, kata Emil, perusahaan galangan kapal tersebut memiliki prospek bisnis yang cerah, dan memiliki peranan yang sangat penting dalam industri kapal di kawasan Timur Indonesia (KTI) sehingga harus dikuatkan. Dia menyayangkan Kementerian BUMN yang tidak jeli melihat pasar IKI.

Menurut Emil, sejak PT IKI terabaikan banyak kapal dari KTI yang naik dok harus ke Batam, sehingga memakan biaya tinggi dan harus mengalami antri yang cukup panjang. Dengan menghidupkan kembali PT IKI lanjut dia, paling tidak pesanan kapal baru dan kapal-kapal angkutan yang naik dok bisa lebih cepat, dan biayanya lebih murah.

Beberapa waktu lalu PT IKI dikabarkan telah mendapat suntikkan dana dari pemerintah pusat sebesar kurang lebih Rp250 miliar. Namun, Mustafa mengaku tidak mengetahui perihal itu. "Saya belum tahu soal kucuran dana itu, saya juga belum punya angka yang pasti soal nilainya," tukas Mustafa.

Direktur PT IKI Abdul Rakhman pernah mengatakan bahwa setelah vakum selama 12 tahun, PT IKI siap beroperasi kembali tahun ini jika pemerintah pusat telah mencairkan dana restrukturisasinya, yang dikabarkan cair pada Mei lalu. Adapun dana restrukturisasi dari pemerintah pusat itu katanya sebesar Rp200 miliar.

Bahkan, katanya, pemerintah pusat akan memberikan modal tambahan sebesar Rp300 miliar untuk industri dok dan perkapalan itu, sehingga alokasi anggaran restrukturisasi PT IKI mencapai Rp500 miliar yang akan digunakan untuk pembangunan grapping dock serta beberapa pengembangan usaha lainnya.

PT IKI mulai berdiri di Makassar pada 29 Oktober 1977. Perusahaan ini menjadi pusat pengembangan industri maritim di kawasan Timur Indonesia, terutama untuk kapal perikanan, kapal penumpang jenis Ro-Ro, dan kapal kargo.

Akibat krisis moneter yang melanda negeri ini pada 1998 lalu, PT IKI pun terkena imbasnya, dan akhirnya harus menumpuk utang yang cukup besar selama bertahun-tahun lamanya akibat banyaknya pesanan kapal yang tidak diambil para pemiliknya. (ea)

Sumber : Bisnis Indonesia, 02.06.11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar