13 November 2010

[131110.ID.BIZ] Awas, Krisis Irlandia Jadi Awal Krisis Baru

DUBLIN, KOMPAS.com — Para pejabat otoritas keuangan Uni Eropa bakal kembali susah tidur nyenyak. Baru saja krisis surat utang yang berawal dari Yunani mereda, kini bibit krisis baru kembali muncul.

Kali ini, sinyal tanda bahaya datang dari Irlandia. Dalam tiga minggu terakhir, imbal hasil (yield) surat utang terbitan pemerintah berjuluk "Celtic Tiger" itu terus menanjak.

Tak tanggung-tanggung, hanya dalam tiga minggu, imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah melonjak menjadi 9 persen dari sebelumnya hanya 6 persen. 

"Peningkatan selisih imbal hasil dari obligasi ini sangat serius, dan ini menjadi perhatian seluruh kawasan Eropa," ujar Menteri Keuangan Irlandia Brian Lenihan di Dublin, Kamis (11/11/2010).

Lenihan menyalahkan komentar pejabat Jerman tentang mekanisme penyelamatan krisis di Uni Eropa sebagai salah salah satu penyebab lonjakan imbal hasil di Irlandia itu.

Beberapa pejabat Jerman memang mengusulkan agar investor yang memegang surat utang pemerintah anggota Uni Eropa ikut menanggung biaya penyelamatan jika terjadi krisis pada masa mendatang.

Sejatinya, mekanisme penyelamatan anyar itu masih belum jelas. Jerman juga menyatakan bahwa mekanisme itu mungkin tidak akan berlaku untuk surat utang yang telah beredar (existing) saat ini.

Namun, pernyataan itu sudah telanjur meniupkan kekhawatiran di kalangan investor obligasi. Nah, yang terpukul untuk kali pertama adalah pasar obligasi Irlandia. Investor terus menekan harga obligasi Pemerintah Irlandia sehingga imbal hasilnya terbang tinggi.

Hal tersebut bisa dimaklumi karena saat ini posisi keuangan Irlandia memang paling ringkih jika dibandingkan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Akhir tahun ini, defisit anggaran Pemerintah Irlandia akan mencapai 32 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) mereka. Angka defisit ini menjadi yang tertinggi di kawasan Eropa.

Dalam kondisi seperti ini, jelas, Irlandia memiliki risiko paling besar untuk gagal bayar (default). Jika lonjakan imbal hasil tidak kunjung mereda, maka bukan tidak mungkin Irlandia membutuhkan suntikan dana dari Eropa seperti halnya Yunani.

Hasil polling terbaru Reuters menunjukkan bahwa para ekonom pesimistis terhadap prospek Irlandia. Buktinya, 20 ekonom dan total 30 ekonom yang disurvei menyatakan bahwa Irlandia tidak akan mampu melewati tahun 2011 jika tidak memperoleh bantuan dana eksternal.

Irlandia tetap optimistis

Para pejabat Uni Eropa pun terus mencermati kondisi pasar surat utang Irlandia. European Commission President Jose Manuel Barroso juga menyatakan bahwa Uni Eropa siap mengambil tindakan jika Irlandia membutuhkan bantuan mitranya di Uni Eropa.

Sejauh ini, Pemerintah Irlandia masih cukup optimistis. "Kami memiliki kapasitas untuk membuat negara kami bertahan dan tetap kredibel," ujar Lenihan.

Namun, kekhawatiran itu telah telanjur menyebar. Saham-saham perbankan berguguran. Misalnya, harga saham Allied Irish Banks anjlok 6 persen dan saham Bank of Ireland rontok 7 persen, Kamis (11/11/2010). Harga saham Royal Bank of Scotland yang memiliki eksposur besar di Irlandia juga longsor cukup dalam.

Kecemasan itu juga telah membuat harga surat utang yang menjadi instrumen credit default swap(CDS) obligasi Pemerintah Portugal dan Spanyol juga melonjak ke rekor tertinggi.

Sementara itu, selisih antara imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun terbitan Irlandia dan obligasi terbitan Jerman (yang menjadi benchmark) melonjak melampaui 680 basis poin dan mencetak rekor tertinggi secara berturut-turut dalam sembilan sesi transaksi terakhir. (Cipta Wahyana/Kontan)

Sumber : Kontan, 12.11.10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar