13 Januari 2012

[130112.ID.BIZ] Stasiun KA : Calo Dimaki, Calo Dicari


Calo, bisa diartikan orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya berdasarkan upah. Bisa juga disamakan dengan makelar atau perantara. Dalam hal ini, calo tiket dapat diartikan dengan perantara perusahaan pemberi jasa transportasi dan pengguna jasa. Namun tindakannya, dapat meresahkan calon penumpang. Termasuk praktek percaloan tiket di Stasiun kereta api (KA) Kertapati Palembang.
  
KEBERADAAN calo sangat dibutuhkan oleh pihak produsen, pemilik barang atau jasa untuk memasarkan barang/jasa yang mereka miliki. Dan juga sangat dibutuhkan oleh para pembeli/pengguna jasa untuk memberikan informasi yang akurat sehingga pihak konsumen dapat menentukan pilihan mereka terhadap barang/jasa sesuai dengan keinginan dan anggaran mereka.

Namun, calo seringkali melakukan pelanggaram hingga berdampak rusaknya citra para calo. Identik dengan sikap pemaksaan serta penipuan, termasuk calo tiket di terminal, pelabuhan dan bandara. Pelanggaran yang kerap dipraktekkannya, melakukan pemaksaan terhadap calon penumpang agar membeli tiket, seperti sudah menjadi pemandangan umum di terminal bus.

Sementara pelanggaran oleh calo tiket KA, tindakannya yang memborong tiket, harga tiket yang ditawarkan sangat tinggi. Menyerobot antrean, hingga calon penumpang asli yang antre takut, karena para calo ini biasanya berkelompok.  Fenomena ini, terpantau oleh Sumatera Ekspres, Minggu pagi (8/1), di depan loket tiket KA Stasiun KA Kertapati.

Seorang pria, awalnya berdiri di luar barisan pengantre tiket. Tiba-tiba dia menyerobot masuk ke barisan agak depan, padahal saat itu antrean sudah sangat panjang sampai keluar gedung. Pria itu lalu mengobrol dengan orang barisan di depannya, yang ternyata temannya juga yang diduga sama-sama calo. Padahal di sana, berjaga petugas dari Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska) dan anggota Polri.

Ulah calo tersebut, tentu saja merugikan calon penumpang asli lainnya yang mengantre di belakangnya. ”Biarlah Kak, nak diapoke lagi. Ngeri kito, kawannyo galo di sini (sekitar Stasiun KA Kertapati,red). Preman sini galo kabarnyo, daripada ditanganinyo (aniaya,red),” tukas Jiun, calon penumpang KA Expres Rajabasa, kelas ekonomi jurusan Kertapati-Tanjung Karang.

Itu ulah calo tiket yang berada di antrean dalam gedung. Di luaran gedung, calo tiket pun tetap ada. Salah satunya, sebut saja Ujang (40), yang sebenarnya tukang ojek di stasiun KA Kertapati. Demi mencari penghasilan tambahan bagi keluarganya, dia ”membantu” calon penumpang yang tidak mau antre ataupun tak kebagian tiket.

Dikatakannya, harga tiket aslinya untuk kelas ekonomi, Rp15 ribu per orang, baik itu tujuan Tanjung Karang maupun Lubuk Linggau. Dengannya, dihargai antara Rp35 ribu-50 ribu. ”Kita cuma mengambil selisih harga saja, tidak terlalu banyak,” kilahnya. Selisih harga itu, alasannya upah mengantre.

”Harga yang diberikan juga sesuai dengan kebutuhan penumpang. Daripada anda mengantre, atau sudah mengantre tetapi tiket sudah habis, bisa-bisa tidak jadi berangkat,” cetusnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para calo, ketika para penumpang bingung saat kehabisan tiket, saat itulah mereka akan masuk dan menawarkan tiket dengan harga yang cukup tinggi.

Mereka pun entah darimana mampu mendapatkan tiket berapapun yang kita minta. Tersirat, Ujang menyebutkan bahwa ada oknum orang dalam yang terlibat untuk membantunya mendapatkan tiket. “Mau pesen berapa tiket? Kita bisa siapkan. Tapi harga tidak bisa dikurangi lagi. Dari harga itu kita (calo,red) masih harus memberi pada orang pucuk (Oknum PT KAI,red). Kalau tidak, kita tidak bisa lagi dapat makan,” tukasnya.

Tapi ibarat dua sisi mata uang, calo terkadang dapat meresahkan, tapi terkadang juga membantu. ”Pernah saya sudah telat datang ke stasiunnya, antrean sudah panjang. Takut tidak kebagian tiket lagi, ya beli sama calo. Harganya juga ’kan enggak mahal-mahal amat,” ucap Wendy, warga Sekip Ujung, Palembang. (*)

Sumber : Sumeks, 09.01.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar