30 Januari 2012

[300112.ID.BIZ] ARGO CAHAYA: Jakarta - Surabaya Hanya 3 Jam


JAKARTA: Kementerian Perhubungan berencana membangun kereta super cepat Argo Cahaya sekelas kereta Shinkansen di Jepang senilai Rp180 triliun yang kemungkinan direalisasikan pada 2014 yakni pasca selesainya proyek jalur ganda kereta lintas Utara Jawa.

Kemenhub bahkan sudah melakukan studi kelayakan usaha sejak 2008 bersama pihak Jepang. Kereta ini akan melayani rute Jakarta-Surabaya sepanjang 685 kilo meter (km).

“Soal rencana pembangunan kereta super cepat ini masih dalam tataran konsep awal, dan sudah kami lakukan pra FS bersama pihak Jepang yakni Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Japan Transport Consultant sejak 2008. Kami akan mengikuti konsep kereta Shinkansen di Jepang, kereta ini sudah 45 tahun tanpa ada kecelakaan atau zero accident,” kata Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono di Jakarta akhir pekan. 

KA Cepat Jakarta—Surabaya pp
Indikator          
Keterangan
Nama                : Argo Cahaya
Jarak tempuh   : 685 km
Waktu tempuh : 2 jam 53 menit
Kecepatan       : Maksimum 300 km/jam
(Sumber: Kemenhub)

Dia menambahkan dalam studi tersebut, kereta super cepat akan dibangun untuk melayani lintas Jakarta—Surabaya sepanjang 685 km dengan waktu tempuh hanya 2 jam 53 menit.

Dipilihnya jalur Jakarta-Surabaya, lanjut Wamenhub, karena dapat menghubungkan dua pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, sehingga akan menghidupkan kota-kota lainnya yang dilalui.

“Sama seperti kereta super cepat di sejumlah negara seperti di Jepang yang menghubungkan Tokyo dan Osaka, di China, menghubungkan Beijing dan Shanghai dan di Amerika Serikat menghubungkan Boston dan Washington,” tuturnya.

Bambang menjelaskan dalam studi awal kereta super cepat ini, kecepatan maksimal mencapai 300 km/jam dan rata-rata 250 km/jam, bandingkan dengan kereta Argo Bromo misalnya yang sudah ada saat ini hanya 90 km/jam. Rangkaian akan digerakkan listrik, rencananya satu rangkaian terdiri dari 8-12 gerbong yang akan mampu mengangkut 600 penumpang. Pembangunannya membutuhkan jalur melayang atau elevated sehingga menghindari persinggungan dengan kendaraan bermotor di jalan raya.

“Kereta super cepat ini akan menelan dana US$14,3 miliar hanya untuk kontruksi, belum termasuk lahan, dan detail engineering desain, sehingga kalau di total menelan dana US$20 miliar atau Rp180 triliun,” tutur Wamenhub.

Dari studi awal itu, lanjutnya, biaya pengerjaan per kilometernya kira-kira mencapai US$29 juta-US$30 juta/km atau Rp261 miliar per km. Di China mencapai Rp223 miliar/km, di Taipei Rp331 miliar/km. Untuk membangunnya diperlukan waktu sekitar 10 tahun yang terbagi dalam tiga periode, yakni, tiga tahun untuk masa desain, 5-6 tahun untuk konstruksi, dan sisanya untuk uji coba. Di negara tetangga juga sudah ada yang melakukan kajian untuk membangun kereta super cepat ini yakni Malaysia dan Thailand.

“Yang mengoperasikan kereta api cepat tersebut nantinya bisa PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau juga swasta. Harga tiketnya nanti lebih murah dari pesawat dan tidak akan mematikan kereta api jarak jauh lainnya karena pangsa pasarnya berbeda,” ungkapnya.

Dia menambahkan nantinya proyek ini direncanakan menggunakan skema private public partnership atau kerjasama pemerintah swasta. Pemerintah turut andil dalam pembiayaannya. “Tetapi jika ada pihak swasta yang tertarik untuk membangun lebih dahulu dengan hitung-hitungan tertentu, kami akan buka. Kalau swasta mau buka kota baru, bisa jadi dia bangun kereta api. Di luar negeri antara properti dan kereta api sejalan,” tuturnya.

Bambang menekankan soal kereta super cepat ini masih merupakan studi awal, masih pra FS, tinggal kita tingkatkan menjadi FS atau tidak, dan belum menjadi prioritas. “Prioritas kita tetap fokus pada jalur ganda Utara Jawa dan jalur ganda Selatan, kereta api perkotaan dan kereta api bandara. Mungkin kalau pembangunan jalur ganda kereta api lintas Utara Jawa sudah selesai pada 2014, kereta super cepat ini sudah dapat dijadikan prioritas untuk dibangun,” tutur Wamenhub.

Ditempat terpisah, Direktur Komersial PT Kerata Api Indonesia (KAI)  Sulistio Wimbo Hardjito mengatakan perusahaannya siap jika pemerintah menunjuk PT KAI sebagai operator untuk mengelola kereta super cepat Argo Cahaya.

“PT KAI dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengelola dan kami siap jika ditunjuk, kalaupun dilakukan tender, perseroan juga pasti akan turut mengajukan sebagai perserta,” kata Wimbo.

Meskipun belum melakukan studi kelayakan, lanjutnya, perseroan telah melakukan kajian pra studi kelayakan mengenai proyek pembangunan kereta super cepat ini. Kajian yang dilakukan PT KAI berbeda dengan yang dilakukan Kemenhub, karena menurutnya pemerintah dalam hal ini sebagai lembaga yang membangun sarana infrastruktur. (sut)

Sumber : Bisnis Indonesia, 29.01.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar