25 Oktober 2011

[251011.ID.BIZ] Setelah Akuisisi Indofarma, Kimia Farma Ditarget Untung Bersih Rp 1,52 Triliun

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kementerian BUMN telah menuntaskan kajian awal penggabungan kembali (regrouping) perusahaan BUMN di bidang Farmasi oleh konsultan. Dengan penggabungan tersebut, pada 2015, penjualan BUMN Farmasi bisa mencapai Rp 10,23 triliun dan laba bersih Rp 1,52 triliun.

Deputi Kementerian BUMN  Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur, Irnanda Laksanawan menyatakan, konsultan telah memberikan alternatif struktur penggabungan dengan tidak mengikutsertakan Bio Farma. Sehingga hanya Kimia Farma dan Indofarma yang rencananya akan digabung.

“Ini  karena Biofarma lebih tepat untuk masuk klaster industri life science dibandingkan dengan farmasi,” ujarnya, Senin (24/10). Bio Farma difokuskan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kinerjanya dalam menghadapi persaingan dengan negara lain terutama Cina dan India.

Penggabungan tersebut lanjutnya tidak akan menghadirkan perusahaan induk (holding) baru, Mekanisme penggabungan dilakukan dengan akuisisi Kimia Farma atas Indofarma. Setelah digabung paling lambat pada akhir 2012, diharapkan terjadi efisiensi dengan meminimalisir produk dan bisnis yang tumpang tindih dengan adanya spesialisasi produksi antara Kimia Farma dan Indofarma. Kedua perusahaan itu, perlu melakukan peningkatan kinerja sebelum digabung agar proses dapat dilaksanakan dengan optimal,” ujarnya,

Sebelum rencana penggabungan digaungkan, kedua perusahaan tersebut telah bersinergi dalam pengadaan bahan baku obat. “Mereka melakukan pembelian bersama bahan baku, sehingga pembeliannya lebih efisien,” ujarnya. Pemasaran dalam negeri pun telah dilakukan dengan bersama-sama dengan memanfaatkan outlet Kimia Farma yang tersebar diseluruh Indonesia. Bagitu juga pemasaran ekspor dengan memanfaatkan jaringan Bio Farma di luar negeri.

Direktur Utama Indofarm, Djakfarudin Junus menyatakan, rencana ini perlu dukungan regulasi terhadap proses persaingan usaha. “Selain itu, regulasi, di bidang bahan baku dan penanaman modal asing,” ujarnya.

Ditinjau dari aspek bisnis operasional, SDM serta keuangan, penggabungan tersebut layak dilakukan karena adanya kebutuhan bersama akan infrastruktur, aplikasi dan teknologi produksi. “Sehingga meningkatkan daya saing dan efisiensi yang bermakna di masa depan,” katanya.

Bila rencana ini terealisasi, maka penjualan BUMN Farmasi pada 2015 ditargetkan mencapai Rp 10,23 triliun. Sedangkan laba bersih mencapai Rp 1,52 triliun. Sementara nilai investasi BUMN farmasi hingga 2015 sebesar Rp 2,88 triliun.

“Dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan memenuhi persyaratan mutu,” kata Irnanda. Selain itu untuk mengembangkan riset, pemanfaatan sumber daya lokal, dan peningkatkan standar kualitas yang berorientasi pasar.

 Pada 2011, pasar farmasi nasional mencapai Rp 42 triliun. Di mana perusahaan nasional termasuk BUMN diestimasikan membukukan penjualan Rp 27 triliun atau 70 persen. Sementara BUMN farmasi mewakili Rp 6,6 triliun atau sebesar 6,6 persen di antaranya. Sedangkan sebanyak 30 persennya dikuasai oleh perusahaan multi nasional. Di luar pasar farmasi nasional, pasar herbal Indonesia berkisar Rp 10,6 triliun.

Sumber : Republika, 24.10.11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar