11 Juli 2016

[110716.ID.BIZ] Candu Media Sosial Menjangkiti Kaum Pria

Bisnis.com, Pria ternyata lebih sering melakukan pengecekan terhadap smartphonenya jika dibandingkan dengan kaum perempuan, karena tingginya rasa ketakutan ketinggalan berita menarik di Internet dan jejaring sosial atau yang biasanya disebut dengan fear of missing out (FoMo).

Fear of missing out (FoMo) dewasa ini telah mengalami pergeseran makna, dari istilah yang sebenarnya adalah phobia atau rasa ketakutan berlebihan ketinggalan berita maupun kabar di dunia nyata, kini beralih jadi ketakutan ketinggalan berita di sosial media

Survei yang telah dirilis oleh MyLife.com menyebutkan sebesar 56% orang takut kehilangan informasi, berita dan update status di sosial media Facebook maupun Twitter jika berada jauh dari Internet. Kemudian, sekitar 26% diantaranya bahkan rela lupa makan, minum dan merokok hanya untuk mendapatkan akses ke akun media sosial miliknya.

Menurut Dr Andy Przybylski, Ketua Tim Peneliti FoMO dari University of Essex, Inggris peningkatan penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter diyakini akan menawarkan semacam jendela baru untuk melihat ke dalam kehidupan orang lain.

“Tapi bagi orang yang memiliki kadar FoMO tinggi, hal ini bisa menimbulkan masalah karena mereka cenderung selalu mengecek akun media sosialnya untuk melihat apa saja yang dilakukan teman-teman mereka hingga mereka rela mengabaikan aktivitasnya sendiri,” katanya.

FoMo lebih dominan menjangkiti kaum pria, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky Lab, peserta penelitian yang berada di ruang tunggu sendirian rata-rata hanya mampu bertahan selama 44 detik sebelum menyentuh smartphone mereka. Pria bahkan tidak mampu bertahan lebih dari setengah waktu ini untuk menyentuh smartphonenya.

Rata-rata pria hanya mampu menunggu selama sekitar 21 detik untuk kemudian langsung mengecek smartphonenya, sedangkan perempuan mampu menunggu lebih lama, hingga 57 detik. Selain itu, peserta yang telah diberikan waktu selama 10 menit, rata-rata menggunakan smartphonenya sekitar lima menit. 

Hal itu menunjukkan dewasa ini seseorang sangat bergantung pada perangkat mobile sebagai alat pengingat, misalnya menggunakan perangkat mobile tidak perlu mengingat fakta lagi.

Mayoritas pengguna, misalnya, saat ini tidak perlu lagi mengingat nomor telepon pasangan mereka, tetapi masih bisa mengingat nomer telepon rumah ketika berumur sepuluh tahun.

Menurut Jens Binder dari University of Nottingham Trent, temuan Kaspersky Lab ini menunjukkan seseorang sangat terikat dengan smartphone yang dimilikinya, khususnya untuk kaum pria. Dirinya menuturkan kecepatan informasi dan interaksi yang disampaikan melalui perangkat digital ini membuatnya lebih dari sekedar teknologi semata, tetapi sudah seperti pendamping digital dan koneksi bagi penggunanya ke dunia luar.

“Penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya kita terikat jauh lebih dalam lagi pada smartphone, dibandingkan yang kita sadari, dan telah menjadi sifat kedua kita untuk beralih ke smartphone ketika ditinggal sendirian bersama perangkat digital tersebut,” ujarnya.

Penelitian yang dilakukan Kaspersky Lab tadi juga telah mengkonfirmasi stres yang disebabkan oleh penggunaan smartphone terlalu lama, ternyata tidak memiliki pengaruh besar pada tingkat kesejahteraan penggunanya secara umum.

Pasalnya, ketika peserta ditanya mengenai tingkat kebahagiaan mereka secara keseluruhan, tidak ditemukan perbedaan antara pengguna yang sering dan jarang menggunakan smartphone. Astrid Carolus dari University of Würzburg mengatakan pengguna aktif perangkat mobile dewasa ini akan semakin takut ketinggalan berita menarik di Internet dan jejaring sosial pada saat tidak mengakses perangkat digital tersebut.

“Sulit mengatakan mana diantara keduanya yang menyebabkan hal tersebut, apakah kita menggunakan smartphone lebih sering karena kita merasa takut ketinggalan berita menarik di Internet dan jejaring sosial atau takut tidak eksis, atau apakah karena terlalu seringnya kita menggunakan smartphone sehingga memunculkan perasaan khawatir tersebut,” tukasnya.

Karena itu, mulai saat ini kurangilah penggunaan sosial media agar tidak menjadi candu di kemudian hari dan di cap sebagai fear of missing out (FoMo).


Sumber : Bisnis Indonesia, 11.07.16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar