27 Juli 2012

[270712.ID.BIZ] Ini Blok Migas Yang Akan Habis Kontraknya Hingga 2021

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR dari Fraksi Parta PAN Chandra Tirta Wiajaya menuturkan ada sekitar 29 dari 72 kontrak migas di Indonesia yang akan habis masa kontraknya dari 2013 hingga 2021. Menurut Chandra, negara punya hak menguasai blok-blok migas tersebut daripada memperpanjang kontraknya.

"Membesarkan NOC (Perusahaan Minyak Nasional) lewat penguasaan blok-blok migas habis masa kontraknya, sekaligus jalan untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian nasional dan ketersediaan pasokan energi dalam negeri," ujar Chandra pada seminar di gedung Nusantara 5 MPR, Jakarta, Selasa (17/7/2012).

Berikut blok-blok migas yang akan habis kontraknya 2013-2021 baik yang dikelola Pertamina, Swasta Nasional, asing, maupun kerja sama BUMN dengan asing:

-2013: Wilayah Siak (PT Cevrom Pacifik Indonesia)
 

-2015: Gabang (JON Pertamina-Costa)

-2017: Mahakam (Total EP Indonesie), Offshore North West Java (Pertamina Hulu Energi), Attaka (Inpex Corp), dan Lematang (Medco EP Indonesia)


-2018: Tuban (Join Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina), Ogan Komering (JOB Pertamina-Talisman), North Sumatera Offshore B (Exxon Mobil), Sumatera Tenggara (Vico Indonesia), dan Pasir Barat dan Attaka (Cevron Indonesia).


2019: Bula (Kalrez Petroleum), Seram Non Bula (Citic), Pendopo dan Raja (JOB Pertamina-Golden Spike), dan Jambi Merang (JOB Pertamina-Hess).


2020: South Jambi B (Conoco Philips), Malacca Strait (Kondur Petroleum), Brantas (Lapindo), Salawati (JOB Pertamina-Petrochina), Kepala Burung 8lok A (Petrochina), Sengkang (Energy Equity), dan Makassar Strait Offshore Area A (Chevron Indonesia Company).


2021: Rokan (CPI), Bentu Segat (Kalila), Muriah (Petronas), dan Selat Panjang (Petroselat).

Marwan Batubara dari Indonesia Resources Studies berharap, adanya sikap lamban bahkan tidak berniat dari pemerintah terhadap perusahaan minyak nasional bangsa sendiri. Hal itu terkait penguasaan blok-blok migas yang telah habis masa kontraknya pada beberapa waktu lalu.

"Ini masih terlihat pada lambannya pengambilam keputusan terkait blok Mahakan atau tidak didukung keinginan Pertamina berpartisipasi pada blok Masela, blok Siak atau Terang Serasun beberapa waktu lalu," ungkapnya.

Sumber : Kompas, 17.07.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar