07 November 2012

[071112.ID.BIZ] Raksasa Elektronik Jepang Di Ujung Tanduk


Kamis lalu, Sharp Corp. menyatakan mereka mungkin tak akan mampu bertahan setelah proyeksi laba tahun ini terpuruk sangat dalam. Sony Corp., yang dulu menjadi simbol ketangguhan industri Jepang, melaporkan kerugian bersih 15,5 miliar yen dengan laba operasional 30,3 miliar yen.

Sebuah survei analis oleh Thomson Reuters sebelumnya memperkirakan Sony membukukan laba bersih dengan laba operasional yang lebih tinggi. Untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret, Sony tetap mempertahankan prediksi laba operasional 130 miliar yen, namun mereka memangkas proyeksi pendapatan mereka.

Sehari sebelumnya, harga saham Panasonic Corp. terperosok hampir 20% setelah perusahaan itu mengumumkan rugi bersih nyaris $9 miliar di kuartal yang baru lewat.

Kazuhiro Tsuga, Presiden Panasonic Corp., membungkuk dalam-dalam setelah melaporkan kerugian besar di paruh pertama tahun ini di Tokyo, 31 Oktober 2012.
Korporasi elektronik Jepang ini gagal membaca pergeseran-pergeseran penting di pasar inti mereka. Masalah yang sama yang pernah dihadapi perusahaan Amerika ketika korporasi Jepang mulai naik daun, 20-30 tahun lalu.

Perusahaan Jepang adalah juara pertama di pasar barang elektronik di era 1980-an dan 1990-an. Produk pemutar musik Sony Walkman, kamera digital, komputer, televisi, dan pemutar DVD laris seperti kacang goreng. Namun di era mobile-digital ini, produk-produk itu jugalah yang merugikan mereka.

Walkman sempat sangat populer, tapi langsung terlihat kuno saat Apple Inc. menggebrak dengan kombinasi inovatif pemutar musik iPod dan layanan musik digital iTunes. Ponsel kamera menyusutkan permintaan kamera digital. Sementara ponsel pintar dan komputer tablet berhasil menggerus pasar PC.

Yang lebih parah adalah kiprah raksasa-raksasa negara Matahari Terbit di pasar TV. Laba dari sektor ini anjlok, karena perusahaan Jepang—beserta pesaing mereka dari Korea dan Cina—terlalu bersemangat membangun kapasitas produksi layar datar, atau flat screen display. Kapasitas yang membengkak ini membuat harga menukik, dan perusahaan Jepang tidak cukup cepat bereaksi.

Panasonic menambah masalah mereka sendiri dengan kegagalan investasi dalam panel surya dan teknologi hijau lain, kata presiden baru Panasonic Kazuhiro Tsuga, Selasa lalu.

Perusahaan-perusahaan itu juga membuat masalah kian rumit karena sejauh ini belum berhasil menekan jumlah karyawan dan melakukan langkah restrukturisasi lain—konsekuensi dari kegagalan mereka membaca pasar. Yen yang relatif kuat menjadikan situasi semakin runyam.

Tsuga merangkum kekacauan ini dengan komentar berikut, Selasa kemarin:

“Kami menghadapi tantangan dalam mengambil keputusan investasi yang tepat, saat dihadapkan pada perubahan iklim (bisnis) yang cepat. Kami gagal menghasilkan keuntungan, dan terus merugi dan merugi. Saya menganggap ini sebagai situasi abnormal, dan kami harus mulai dengan mengakui bahwa saat ini kami bukan lagi perusahaan yang normal.”

Situasi ynga suram, tapi setidaknya pekan ini raksasa-raksasa Jepang itu mau mengakui secara resmi bahwa masalah yang mereka derita begitu pelik. Akibatnya juga fatal jika mereka gagal mengambil tindakan yang menentukan.

Takashi Okuda, CEO Sharp, berkata ia tengah mencari suntikan modal segar melalui kemitraan strategis. Sedangkan CEO Sony Kazuo Hirai sudah bergerak untuk mengurangi fokus mereka dalam bisnis televisi dan berpindah ke sektor ponsel pintar, video game, dan teknologi kesehatan.

Tsuga dari Panasonic juga siap berganti haluan. Kamis kemarin Panasonic mengumumkan rencana mereka menutup bisnis produk ponsel pintar di Eropa yang gagal mendatangkan laba.

Sumber : SWJ, 02.11.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar