11 November 2012

[111112.ID.BIZ] Laos : Juara Baru Asia Tenggara

Seorang pria berjalan di That Luang Stupa, Vientiane, ibukota Laos. Menurut IMF, tahun ini Laos akan mengukuhkan catatan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan yaitu sebesar 8.3%.

Kuis singkat: Negara Asia Tenggara mana yang mungkin memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat tahun ini?

Apakah Indonesia, kekuatan ekonomi baru Asia Tenggara? Myanmar, yang menjadi favorit investor bulan ini karena telah membuka pasarnya terhadap negara Barat? Atau Thailand, yang ekonominya pulih setelah diterjang banjir besar tahun lalu?

Semua jawaban tersebut salah. Laos adalah jawaban yang benar, negara yang selama bertahun-tahun dianggap terlalu kecil, rumit, dan aneh sehingga tidak menarik investor asing besar.

Tak ada negara yang kebal dan tidak terpengaruh dengan perlambatan ekonomi global. Namun ekonomi Laos melaju dengan pertumbuhan mengesankan sebesar 8,3% di tahun 2012. Data yang dihimpun Dana Moneter Internasional (IMF) itu, menempatkan Laos sebagai yang teratas di Asia Tenggara. Kamboja sedang mengejar peringkat kedua dengan pertumbuhan ekonomi 6.5%, diikuti  Myanmar sebesar 6.2%. Sementara Indonesia dan Thailand diperkirakan memiliki angka pertumbuhan yang sama.

Namun angka pertumbuhan 8,3% tidak serta merta menarik menarik hati investor. Laos, yang tidak berbatasan dengan laut, adalah negara Asia Tenggara dengan ukuran ekonomi terkecil sehingga lahan bisnis yang tersedia  terbatas, begitu pula dengan infrastruktur seperti jalan raya dan rel kereta api. Minimnya tenaga ahli menambah kesulitan tersendiri bagi perusahaan manufaktur besar untuk berinvestasi di Laos.

Pertumbuhan ekonomi Laos yang kuat tahun ini seakan menegaskan tren jangka panjang negara tersebut yang secara konsisten memiliki catatan pertumbuhan bagus dengan rata-rata 7% per tahun selama 10 tahun terakhir. Meskipun masih menjadi negara komunis, sejak tahun 1980-an, Laos memiliki perekonomian liberal yang terbukti meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pertambangan, pembangkit energi tenaga air, dan konstruksi menyumbang sebagian besar pertumbuhan ekonomi Laos, yang mampu bertahan di tengah krisis Eropa serta menurunnya jumlah ekspor beberapa negara Asia Tenggara. Namun beberapa ekonom khawatir ketergantungan Laos terhadap ketiga sektor tersebut terlalu berlebihan.

Jumat nanti Laos berharap diterima menjadi anggota Organisasi Buruh Dunia (WTO) yang dapat membantu Laos menarik banyak investor asing, termasuk  industri manufaktur yang berhasil mengubah wajah perekonomian beberapa negara Asia Tenggara. Pemerintah Laos terutama mengharapkan investasi berupa industri garmen yang membantu tetangganya, Kamboja, menciptakan puluhan ribu lapangan kerja.

Dampak pertumbuhan ekonomi yang mencolok mulai tampak belakangan ini. Mobil mewah seperti Cadillac, Mercedes Benz, dan setidaknya satu Ferrari terlihat di jalanan Vientiane. Restoran sushi, hotel kelas atas dan wine bar marak ditemui di Laos.

A.Barend Frielink, wakil direktur Asian Development Bank (ADB) di Vientiane, Laos, mengaku ia hampir tertabrak mobil mewah Bentley baru-baru ini. “Laos secara tiba-tiba memiliki banyak uang,” ujarnya.  Para ekonom tidak memiliki penjelasan yang memuaskan mengenai tingkat konsumsi warga Laos ini.

Salah satu kemungkinan adalah  lonjakan pembangunan di Vientiane beberapa tahun terakhir, seperti proyek raksasa pembangunan hotel-hotel baru dan perbaikan jalan. Beberapa analis juga menunjuk perolehan pendapatan dari kegiatan ilegal seperti narkoba dan penebangan hutan, meskipun pendapatan Laos dari sektor legal lainnya lebih banyak seperti pertambangan yang memicu kenaikkan tingkat konsumsi masyarakat.

Menurut Frielink, perubahan  telah dimulai di Laos. “Setiap hari saya melihat mobil mewah baru di jalan,” tambahnya.

Sumber : TWSJ, 28.10.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar