25 Oktober 2012

[251012.ID.SEA] INSA: Paling Krusial Adalah Infrastruktur Pelabuhan


JAKARTA: Kalangan akademik dan pengusaha berbeda pandangan mengenai kebutuhan mendesak disektor pelayaran dan logistik Tanah Air mengingat pada 2013 sudah mulai diterapkannya Asean Logistic Connectivity dan 2015, Asean Economic Connectivity.

Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) atau asosiasi pengusahan kapal nasional Carmelita Hartoto mengatakan berdasarkan kajian pihaknya, yang paling mendesak untuk diperhatikan mengenai sektor pelayaran dan logistik di Tanah Air adalah ketersediaan infrastruktur.

“Pelabuhan saat ini menjadi lokomotif bagi Indonesia untuk kegiatan ekspor dan impor atas komoditas nasional. Kalau infrastruktur pelabuhan kurang mendukung, biaya logistik nasional akan terus tinggi, mengingat sumber inefisiensi saat ini ada di pelabuhan. Soal tenaga ahli akan menyusul pastinya," kata Carmelita, Minggu (21/10/2012).

Dia menjelaskan pemerintah diminta fokus pada ketersediaan infrastruktur pelabuhan dan jalan sekitar pelabuhan. Kondisinya saat ini pelabuhan di Indonesia belum bisa disinggahi kapal besar karena kedalaman dermaganya yang belum memadai, juga layanan di pelabuhan yang belum memadai sehingga menyebabkan produktifitas kapal berkurang yakni masa tunggu kapal jadi lebih lama.

“Soal kedalaman dermaga ini akan memengaruhi produktifitas kapal di pelabuhan, dengan alur dalam, kapal besar bisa masuk, juga di pelabuhan bisa membuat bongkar muat kapal jadi lebih cepat, produktifitas menjadi tinggi,” kata Carmelita.

Menurutnya, pemerintah bisa saja menyerahkan pembangunan infrastruktur pelabuhan kepada PT Pelindo selaku pengelola pelabuhan. Namun harus dipertimbangkan kembali mengenai besaran kewajiban Pelindo ataupun BUMN lain yang turut berinvestasi untuk infrastruktur dalam hal memberikan deviden keuntungan kepada pemerintah.

“Nah, kalau memang Pelindo II terus investasi, agar tidak berdampak pada tingginya tarif kepada pengguna jasa, porsi dividen kepada negara harus dikurangi,” kata Carmelita.

Beda halnya dengan Institute Pertanian Bogor (IPB) yang menilai Indonesia butuh 1.000 tenaga ahli kepelabuhan dan logistik pada 2013 mengingat pada tahun itu akan diberlakukan Asean Logistic Connectivity.

Direktur dan Profesor Center for Coastal and Marine Resources Studies (CCMRS) Institute Pertanian Bogor (IPB) Tridoyo Kusumastanto mengatakan dengan adanya tambahan tenaga ahli kepelabuhan dan logistik, diharapkan Indonesia yang merupakan negara kepulauan tidak hanya menjadi penonton pada saat pelaksanaan konektifitas logistik Asean pada 2013.

"Jika pada satu Badan Usaha Pelabuhan (BUP) diwajibkan 1-3 tenaga ahli kepelabuhan, saat ini ada 111 BUP ukuran sedang-besar, dan 1.000 pelabuhan kecil, berdasarkan aturan soal penataan pemisahan antara regulator dan operator, maka diperlukan tambahan 500-1.000 tenaga ahli kepelabuhan pada 2013," kata Tridoyo, Jumat (19/10/2012).

Untuk menjawab kebutuhan akan tenaga ahli kepelabuhan ini, Tridoyo mengatakan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB bekerjasama dengan Manajemen dan Bisnis (MB) IPB sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan SDM bidang bisnis, merancang kurikulum Magister Manajemen (MM) Kekhususan Port, Shipping, and Logistics Management.

"Program MM ini baru diluncurkan 18 Oktober 2012 dengan dibuka melalui kuliah perdana yang disampaikan Profesor Willi Wittig dari University of Appled Science (Maritime University) and Uwe Will, Director Internal Project, Bremenports Jerman," kata Tridoyo.

Sumber : Bisnis Indonesia, 21.10.12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar