JAKARTA, KOMPAS.com - Ternyata sebagian besar konsumsi bawang putih nasional merupakan hasil impor, hanya secuil saja yang dipenuhi oleh para petani lokal.
"Berdasarkan data dari Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian tahun 2006, kebutuhan bawang putih nasional di Indonesia mencapai 250.000 ton. Dari jumlah tersebut, petani lokal hanya mampu memasok 8 persen dan 92 persen sisanya harus diimpor” ujar Ketua Umum Asosiasi Importir Umbi Lapis Indonesia (AIULI) David Hutapea, di Jakarta, Senin (19/10).
Ia mengatakan kontur tanah dan cuaca yang kurang mendukung menjadi faktor utama petani lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional bawang putih yang terus meningkat setiap tahun.
Untuk itu, para importir mendeklarasikan Asosiasi Importir Umbi Lapis Indonesia (AIULI) sebagai wadah bagi para importir untuk mensuplai umbi lapis bagi nasional. Ia menjamin bawang impor tersebut tidak merugikan petani lokal, justru membantu mensuplai mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Kami tak hanya mengimpor kebutuhan bawang saja, tetapi juga membantu mengekspor bawang tersebut,” ujarnya Ia mengatakan sebanyak 80 persen bawang putih diimpor dari negara Cina, 100 persen bawang Bombay berasal dari Belanda, dan bawang merah diimpor dari Thailand dan Vietnam.
Sampai saat ini, ia tak dapat memastikan harga bawang di pasar, namun ia memastikan harga tersebut jelas lebih mahal sekitar Rp 1.000 rupiah dari harga bawang lokal.
"Tidak tahu sampai kapan kami akan terus mengimpor bawang, namun selama petani lokal masih belum mampu menampung permintaan bawang yang begitu tinggi, kami akan terus mensuplai bawang tersebut," ujarnya.
Sumber : Kompas, 19.10.09 (editor: Edj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar