13 Oktober 2009

[ID-SEA] Cara Sadis Gerilyawan Somalia Berlakukan Hukuman

NAIROBI, KOMPAS.com - Gerilyawan garis keras al-Shabaab memotong satu kaki dan satu tangan dari dua pemuda yang dituduh menjadi perampok di kota pelabuhan Kismayu, Somalia selatan, Jumat (9/10).

Seorang pria lokal ketiga yang dijatuhi hukuman yang sama hanya dipotong satu kakinya setelah kelompok gerilyawan itu mengetahui bahwa salah satu tangan pria itu cacat.

Al-Shabaab menerapkan hukum sharia Islam yang ketat di sebagian besar wilayah selatan Somalia dan daerah-daerah Mogadishu, ibukota negara tersebut. Jumat, ribuan warga Kismayu berkumpul di sebuah lapangan pusat untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman amputasi itu.

"Mengejutkan. Tidak ada yang tahan menyaksikan hal itu. Mereka berdarah hebat ketika mereka dibawa pergi," kata wanita setempat Asha Bulle kepada Reuters melalui telefon dari lokasi kejadian.

Seorang saksi mata lain, Farah Hussein, mengatakan, penduduk diberi tahu gerilyawan al-Shabaab pada Kamis agar mereka menyaksikan penghukuman itu, dan penduduk di kota pelabuhan tersebut datang untuk melihat pemotongan tangan dan kaki pada Jumat itu.

"Seluruh ketiga orang ini adalah kerabat dekat. Mereka dituduh menghadang sebuah mobil di hutan dan merampoknya," katanya.

Pengadilan Islam yang dikelola para ulama al-Shabaab memerintahkan eksekusi, pencambukan dan amputasi di sebagian besar wilayah Kismayu dan daerah-daerah Mogadishu yang mereka kuasai.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk sejumlah serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia. Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.

Sumber : Antara, Kompas – 10.10.09.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar