28 September 2009

G-20 Mendorong Ekonomi Global Terbuka

Minggu, 27 September 2009 04:15 WIB

PITTSBURGH, KOMPAS.com - Para pemimpin G-20 mengakhiri sidang dua harinya pada Jumat (25/9) di Pittsburgh, Amerika Serikat, dengan menghasilkan komunike bersama.

Salah satu tekad G-20 adalah berjuang bersama-sama mendorong pembangunan ekonomi global terbuka yang dimulai dengan memperkuat dunia perdagangan dan investasi, serta memperketat peraturan perbankan.

”Melanjutkan kebangkitan di dunia perdagangan dan investasi sangat penting untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi global. Hal ini akan mendorong kita untuk berjuang secara bersama-sama melawan proteksionisme,” demikian bunyi komunike pemimpin G-20, sebuah organisasi informal baru menggantikan peran G-8.

Sekalipun tidak bersifat mengikat, organisasi tersebut diharapkan akan sangat berpengaruh mendorong peluncuran kebijakan multilateral dalam mengegolkan agenda pemulihan perekonomian global.

G-20 mengubah kelompok elite dunia dari dominasi negara-negara kaya menjadi kelompok elite hasil gabungan negara kaya dan berkembang, termasuk Indonesia.

G-20 berjanji terus mengawal keterpurukan ekonomi saat ini hingga mencapai pemulihan yang berkelanjutan (sustainable recovery). Selain itu, G-20 meluncurkan kerangka kerja bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melesat kuat dan menerapkan aturan yang ketat pada perbankan tahun 2012.

”Di sini, di Pittsburgh, para pemimpin mewakili dua pertiga dari penduduk planet bumi bersepakat melaksanakan sebuah rencana tindak global dalam menumbuhkan dan memulihkan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.

Presiden AS Barack Obama yang berbicara pada kesempatan pertama pada penutupan sidang memberikan catatan optimistis. Para pemimpin telah sepakat membiarkan program stimulus tetap berjalan sampai pemulihan ekonomi kokoh.

Mereka juga sepakat meningkatkan peraturan tata keuangan dan mengaitkan gaji pimpinan perusahaan dengan kinerja jangka panjang.

Para pemimpin itu memutuskan untuk menghapuskan secara bertahap subsidi bahan bakar fosil, yakni minyak dan batu bara. Penggunaan bahan bakar jenis ini dipandang sebagai satu penyebab perubahan iklim.

Para pemimpin dunia itu juga menyatakan, negara-negara besar dan berkembang sedang membina pendekatan baru di sektor ekonomi. Obama mengatakan, keunggulan para pemimpin adalah berhasil menghentikan resesi sehingga tidak terjebak ke dalam depresi.

Resesi adalah julukan bagi penurunan pertumbuhan ekonomi minimal dua kuartal berturut-turut. Depresi merujuk kepada penurunan pertumbuhan ekonomi dalam tahunan. ”Hal itu dapat kita lakukan,” katanya pada bagian akhir komunike.

Ia melanjutkan, ”Respons kita harus lebih kuat untuk menghentikan bahaya, yang turun tajam dalam aktivitas global, dan menstabilkan pasar-pasar uang. Kita tidak boleh membiarkan keterpurukan ekonomi masa lalu terulang kembali.”

Obama mengatakan, itu sebabnya kerangka kerja baru G-20 akan mengizinkan setiap negara menilai dan mengoreksi kebijakan satu sama lain. Tujuannya untuk membangun konsensus tentang reformasi ekonomi yang lebih baik dan untuk memastikan permintaan global mendorong pertumbuhan untuk semua.

Dalam konteks kemajuan untuk semua, G-20 memberi ruang lebih besar bagi China. Tak dapat diingkari, negara-negara berkembang, antara lain China dan India, sekarang memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, mereka telah berkembang pesat.

”Kita tak bisa berbicara soal ekonomi global tanpa becermin pada pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang melaju amat dinamis,” kata Wakil Pertama Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) John Lipsky.

Tentang ekonomi global yang terbuka itu, disebutkan para pemimpin akan mengurangi dampak negatif terhadap perdagangan dan investasi pada kebijakan domestik, termasuk tindakan dan kebijakan fiskal untuk mendukung sektor keuangan.

”Kami tidak akan kembali ke proteksi keuangan, terutama tindakan yang dapat menghambat arus modal ke seluruh dunia, terutama lagi ke negara berkembang. Kami akan segera memberitahukan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang setiap perilaku dagang yang relevan,” kata para pemimpin dalam komunikenya.

Masih dalam konteks mendorong ekonomi global terbuka, para pemimpin G-20 menegaskan, mereka menyambut baik laporan gabungan terbaru dari WTO, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), IMF, dan Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD), serta meminta semua lembaga itu untuk terus-menerus, sesuai perannya, memantau situasi ekonomi dunia dan melaporkannya kepada publik setiap triwulan.

”Kami tetap berkomitmen untuk memajukan liberalisasi perdagangan,” kata para pemimpin.
Para pemimpin G-20 mengatakan, mereka sangat memahami kebutuhan banyak negara untuk secara langsung terlibat aktif satu sama lain di dalam WTO—mengingat sentralitas proses multilateral—dalam rangka mengevaluasi dan menutup jurang pemisah yang masih tersisa antarnegara.

Para pemimpin G-20 meminta para menteri bertindak cekatan dalam memajukan sektor pertanian, akses pasar nonpertanian, sebaik sektor jasa, fasilitas perdagangan, dan semua sektor penting lainnya.

Disebutkan dalam komunike itu bahwa krisis ekonomi menunjukkan betapa penting menciptakan suatu era baru kegiatan ekonomi global yang berkelanjutan didasarkan pada tanggung jawab bersama. Krisis saat ini mengungkapkan suatu kebenaran dasar, yakni pertumbuhan dan kemakmuran hanya bisa terjadi jika setiap negara bekerja sama dan saling membantu.

”Kami berkomitmen mengambil tindakan yang bertanggung jawab untuk memastikan setiap stakeholder konsumen, pekerja, investor, dan pengusaha bisa berpartisipasi secara seimbang, adil, dan inklusif dalam ekonomi global,” kata para pemimpin G-20.

(AP/AFP/REUTERS/VOANEWS/CAL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar