Sabtu, 19/09/2009 10:52 WIB
Oleh : M. Yunan Hilmi
TOKYO (Bloomberg): Japan Airlines Corp, penerbangan dengan utang terbesar di Asia, diperkirakan menerima bailout dari pemerintah lebih banyak untuk mempermudah menjaring investor.
Pernyataan itu dilontarkan oleh menteri pelayanan finansial yang baru ditunjuk Shizuka Kamei.
Dia menjelaskan Development Bank of Japan, yang sudah memberikan pinjaman sebesar 235 miliar yen (US$2,6 miliar) kepada maskapai berbasis di Tokyo itu, dapat memberikan utang tambahan.
Pada Juni, bank swasta lokal seperti Mizuho Financial Group Inc dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc memberikan pinjaman 100 miliar yen. Dukungan finansial dari pemerintah ini diharapkan menarik minat investor seperti American Airlines, Delta Air Lines Inc, dan Air France-KLM.
American Airlines, maskapai terbesar kedua di dunia, memimpin aliansi dengan anggota lainnya Oneworld untuk masuk ke JAL.
"Upaya penyelamatan dan rehabilitasi maskapai itu merupakan proyek besar nasional. Kami akan mendukung JAL jika perusahaan itu berusaha semaksimal mungkin untuk selamat," kata Kamei, 72, yang menjadi menteri pada 16 September.
Japan Air, yang sudah menerima bailout sebanyak tiga kali sejak 2001, memproyeksi kerugian akhir tahun mencapai 63 miliar yen, lebih kecil dari estimasi median 12 analis rugi 80 miliar yen.
Standard & Poor’s menempatkan peringkat utang jangka panjang korporasi dan senior unsecured debt pada B+ dan berpotensi di-downgrade. Hal ini dengan mempertimbangkan kondisi bisnis dan ketidakpastian finansial perusahaan.
International Air Transport Association menilai secara global, industri maskapai penerbangan diperkirakan menderita kerugian US$11 miliar tahun ini. JAL mengalami penurunan penumpang 25% dari penumpang ke luar negeri selama Juni, terbesar sejak flu burung pada 2003.(yn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar